Jakarta, GIC Trade – Harga minyak mentah dunia pada perdagangan awal minggu ini sedikit berubah, setelah lonjakan besar di minggu lalu, dengan minyak mentah berjangka WTI diperdagangkan sekitar $80,5 per barel, karena para pedagang mempertimbangkan prospek pasokan yang lebih ketat dari OPEC+ dan kekhawatiran tentang prospek ekonomi global yang melemah.
Dimana patokan harga minyak mentah AS melonjak hampir 7% minggu lalu setelah OPEC+ secara tak terduga mengumumkan akan mengurangi produksinya sebesar 1,16 juta barel per hari (bpd) terhitung dari Mei hingga akhir 2023.
Di sisi lain, ketakutan geopolitik di sekitar China, terutama setelah latihan militer negari Tirai Bambu tersebut di dekat wilayah Taiwan, mendorong harga minyak naik.
Di tempat lain, kesiapan China untuk mempertahankan ekonomi global melalui pelonggaran moneter dan fiskal yang kuat di dalam negeri juga memungkinkan pembeli minyak tetap berharap di tengah optimisme konsumen minyak terbesar dunia.
Sementara itu, Arab Saudi menaikkan harga minyak mentah Mei untuk pelanggan tetap di Asia dan AS menyusul pengumuman. Sedangkan OPEC dan IEA akan melaporkan pandangan bulanan minggu ini yang akan memberikan perincian lebih lanjut tentang prospek penawaran dan permintaan.
Selanjutnya, liburan Senin Paskah di pasar spot dapat membatasi pergerakan minyak tetapi bullish tampaknya kehabisan bahan bakar dan karenanya inflasi AS dan Risalah Fed akan diawasi dengan hati-hati.
Secara fundamental, pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC+ dan juga ketegangan geopolitik yang terjadi di Taiwan telah menopang harga minyak untuk bergerak naik lebih lanjut. Lalu bagaimana secara teknikal, simak analisanya berikut ini:
Analisis Teknikal
Harga minyak pada periode 1 jam bergerak naik mencoba menguji area resistance 81.20 hingga menuju level resistance selanjutnya di 81.65. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish, maka harga minyak perlu melewati level support 79.63 menuju level support selanjutnya di 79.03.