Jakarta, GIC Trade – Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada hari Kamis, 26 Januari 2023 karena laporan yang menunjukkan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik kurang dari yang diperkirakan. Sementara dolar AS yang lebih lemah membuat harga minyak lebih murah untuk pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.
Dimana menurut laporan data dari Administrasi Informasi Energi (Energy Information Administration/EIA) pada Rabu malam, menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah naik sebesar 533.000 barel menjadi 448,5 juta barel untuk pekan yang berakhir pada 20 Januari 2023. Angka ini jauh dari perkiraan untuk kenaikan yang sebesar 1 juta barel.
Meskipun produksi minyak mentah lebih kecil dari perkiraan, namun persediaan minyak mentah telah mencapai level tertinggi sejak juni 2021, kata EIA.
Sementara, faktor yang membuat pembatasan kenaikan harga minyak mentah adalah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global yang dapat menghambat permintaan untuk bahan bakar.
Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hampir tidak bergerak atau stagnan di atas 2% tahun ini, menurut sebuah jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom.
Di sisi lain, menurunnya skala kegiatan ekonomi mengindikasikan konsekuensi dari kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed). Kontraksi dalam kegiatan ekonomi menjelaskan bahwa permintaan minyak sedang menghadapi tekanan, yang dapat merugikan harga minyak ke depan.
Analisis Teknikal
Harga minyak berpeluang naik, dengan indikator RSI periode 1 jam yang sudah berada di arera jenuh jual (oversold). Kenaikan harga emas hitam lebih lanjut, perlu melewati level resistance di 81.20 hingga menuju resistance 82.13.
Namun, jika break support 79.45, maka harga minyak mentah akan terkoreksi lebih lanjut dan merubah bias menjadi bearish hingga support selanjutnya di area 78.57.