Pada hari Jumat, Dolar Selandia Baru mengalami kenaikan sebesar 0,3% menjadi sekitar $0,6094 setelah stagnan pada sesi sebelumnya. Kenaikan ini terjadi akibat pelemahan Dolar AS, yang mengakibatkan indeks Dolar AS turun ke sekitar 102,4. Para investor sedang menunggu laporan pekerjaan bulanan AS yang diyakini dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga AS.
Di sisi lain, Dolar Australia juga mengalami kenaikan sebesar 0,3% menjadi $0,6574, melanjutkan proses pemulihan dari level terendah dua bulan sebelumnya, yaitu $0,6541, yang terjadi pada hari Kamis.
Sentimen positif juga meningkat berkat data dari China yang menunjukkan pertumbuhan sektor jasa negara tersebut lebih tinggi dari perkiraan bulan lalu, yang merupakan mitra dagang utama Selandia Baru.
Para pedagang tengah menanti data inflasi makanan Selandia Baru yang akan dirilis minggu depan setelah indeks mengalami kenaikan pada bulan Juni.
Sementara itu, rilis data pada hari Rabu menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Selandia Baru mencapai level tertinggi dalam dua tahun, yaitu 3,6% di kuartal II tahun 2023, meningkat dari 3,4% di kuartal I.
Namun, untuk minggu ini, nilai tukar Dolar Selandia Baru (NZD) mengalami penurunan sebesar 0,7% setelah stagnan pada minggu sebelumnya, akibat penguatan Dolar AS yang menimbulkan kekhawatiran akan sikap hawkish Federal Reserve.