GBP hari ini nampaknya akan mengalami kenaikan baru karena suasana pasar mendukung aset-aset yang sensitif terhadap risiko. Pasangan mata uang GBP/USD diharapkan akan melanjutkan kenaikannya karena investor meyakini bahwa perbedaan dalam kebijakan antara Federal Reserve (Fed) dan Bank of England (BoE) tidak akan semakin melebar, karena keduanya telah melakukan langkah-langkah yang memadai untuk menjaga stabilitas harga.
Tindakan selanjutnya terhadap Pound Sterling dapat ditentukan oleh data Produk Domestik Bruto (PDB) awal Kuartal 3 tahun 2023, yang akan dirilis akhir pekan ini. Para ahli ekonomi memperkirakan PDB Kuartal 3 akan sedikit negatif karena perusahaan-perusahaan di Inggris telah mengurangi jumlah pekerjaan dan persediaan mereka akibat permintaan yang lemah.
Investasi dalam dunia usaha diperkirakan akan tetap rendah pada kuartal Juli-September karena perusahaan-perusahaan menunda rencana perluasan kapasitas mereka untuk menghindari biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Berita Pasar Terkini: Pound Sterling Menantikan Data PDB Inggris Q3
- Pound Sterling siap menguat di atas level resistensi 1,2400 dengan sentimen positif pasar, karena harapan Federal Reserve (Fed) untuk tidak menaikkan suku bunga lebih lanjut.
- Sentimen pasar membaik, menguatkan aset-aset berisiko dan memperkirakan penurunan lebih lanjut Dolar AS.
- Pasangan GBP/USD mencapai level tertinggi dalam enam minggu karena pelemahan tenaga kerja AS memicu dorongan risk-on.
- Kekuatan GBP/USD didorong oleh penjualan intensif Dolar AS, tetapi kemungkinan akan kehilangan sebagian keuntungannya setelah posisi beli Dolar diselesaikan.
- Pound Sterling pulih setelah BoE mempertahankan suku bunga pada 5,25% untuk kedua kalinya berturut-turut.
- Perkiraan inflasi terbaru BoE menunjukkan penurunan inflasi konsumen menjadi 4,6% pada akhir tahun.
- Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak berjanji untuk mengurangi inflasi menjadi 5,4% pada akhir tahun 2023, dari level 10,7% pada Januari.
- PDB awal Q3 tahun 2023 menjadi fokus minggu ini, dengan ekonom memperkirakan kontraksi ekonomi sebesar 0,1% dibandingkan pertumbuhan 0,2% pada kuartal sebelumnya.
- Proyeksi negatif didasarkan pada kondisi permintaan yang buruk akibat kenaikan suku bunga dan krisis biaya hidup.
- Optimisme bisnis menurun karena kenaikan suku bunga memaksa perusahaan melakukan pemotongan besar-besaran pada pekerjaan, pembelian, dan persediaan.
- Risiko meningkat di Timur Tengah saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senjata dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
- Investor juga menantikan IMP Konstruksi Global S&P untuk Oktober, dengan data ekonomi turun menjadi 44,5 dari 45,0 bulan sebelumnya.
- Indeks Dolar AS (DXY) rentan karena ekonomi AS merasakan dampak kenaikan suku bunga Fed, dengan tenaga kerja AS yang masih lemah.
- PMI Jasa AS turun menjadi 51,8, menyusut dari 53,6 pada bulan September, menunjukkan perlambatan aktivitas di sektor jasa yang signifikan.
Peringatan!
Analisa ini berdasarkan pandangan dari segi fundamental dan teknikal dari sumber terpercaya, tidak menjadi saran atau ajakan. Selalu ingat bahwa konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Selalu gunakan riset mandiri terlebih dahulu mengenai informasi forex lainnya untuk dijadikan acuan dalam perdagangan Anda.
Dapatkan Berita dan Artikel terupdate dari GIC Indonesia yang lain dapat anda cek di Google News setiap harinya untuk mengetahui update terkini seputar dunia forex hingga crypto. Trading juga di GICTrade menggunakan akun ECN untuk bisa menikmati trading dengan spread rendah mulai dari nol!