Pada hari Rabu, dolar turun dan terus mengalami tekanan dekat dengan posisi terendah dua bulan karena data ekonomi AS yang melemah menunjukkan tanda-tanda bahwa Federal Reserve mendekati akhir dari siklus pengetatannya.
Keputusan Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) dalam menaikkan suku bunga menjadi 50 basis poin ke level tertinggi lebih dari 14 tahun pada hari yang sama mengejutkan pasar dan menyebabkan dolar Selandia Baru melonjak. Hanya 2 dari 24 ekonom dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 50 bps, sementara sisanya memperkirakan kenaikan sebesar 25 bps.
Setelah keputusan RBNZ dalam menaikkan suku bunga yang lebih besar dari perkiraan pada hari Rabu, nilai tukar NZDUSD menguat sebesar 1% dan menyentuh level tertinggi dua bulan di $0,6383. Namun, pada akhir perdagangan, NZDUSD hanya naik sebesar 0,74% dan berada di level $0,636.
Di sisi lain, data ekonomi AS menunjukkan bahwa tingkat lowongan pekerjaan anjlok ke level terendah dalam hampir dua tahun pada bulan Februari.
Ukuran permintaan tenaga kerja, Lowongan pekerjaan, turun ke 632.000 menjadi 9,9 juta pada hari terakhir bulan Februari, data ini berdasarkan Survei dari JOLTS. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 10,4 juta pembukaan.
Indeks DXY, yang menjadi pengukur terhadap sekeranjang mata uang lain, juga anjlok ke level terendah terbaru dua bulan di 101,43, setelah turun sekitar 0,5% semalam. Itu terakhir di 101,53.
Pada hari Rabu, pasangan mata uang EURUSD naik sebesar 0,05% menjadi $1,0958, meskipun masih di bawah puncak dua bulan yang disentuhnya pada hari Selasa. Sementara itu, pasangan mata uang GBPUSD turun sebesar 0,04% menjadi $1,2494, turun dari level tertinggi sepuluh bulan yang dicapai pada hari Selasa.
Menurut ahli mata uang di National Australia Bank, Rodrigo Catril, penurunan lowongan pekerjaan di AS menegaskan pelunakan permintaan tenaga kerja di negara tersebut. Ia juga memperkirakan bahwa penurunan ini akan terus berlanjut selama beberapa bulan mendatang.
Pasar mengalami perubahan dalam prospek kenaikan suku bunga setelah data pekerjaan AS yang lebih lembut dari yang diantisipasi. Hal ini memicu pasar untuk memperkirakan peluang 59% dari Federal Reserve (Fed) untuk tidak menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan berikutnya yang akan diadakan pada bulan Mei mendatang, menurut alat CME FedWatch.
Sebelumnya, pasar memperkirakan kenaikan suku bunga pada pertemuan tersebut. Selain itu, pasar juga memperkirakan peluang 43% dari Fed untuk tidak menaikkan suku bunga sehari sebelumnya. Fokus pasar saat ini akan beralih ke laporan ketenagakerjaan utama pada hari Jumat, di mana konsensus memperkirakan moderasi lebih lanjut dalam pertumbuhan non-farm payrolls menjadi 240 ribu. Perubahan ini dapat mempengaruhi pergerakan pasar dan mata uang AS.
Menurut pendapat Reuters terhadap ahli strategi valuta asing, dolar AS kemungkinan akan mengalami penurunan yang signifikan terhadap sebagian besar mata uang utama pada tahun 2023 karena kesenjangan suku bunga dengan rekan-rekannya yang menyempit. Hal ini menempatkan mata uang AS dalam posisi defensif setelah beberapa tahun berjalan. Di pasar obligasi AS, imbal hasil Treasury dua tahun (US2YT=RR) naik 2,6 basis poin menjadi 3,860%, setelah turun 14 basis poin pada hari Selasa.
Pernyataan Loretta Mester menunjukkan bahwa bank sentral masih menganggap perlambatan ekonomi sebagai risiko yang dapat ditangani dengan menaikkan suku bunga. Namun, pernyataan tersebut juga mencerminkan pandangan yang berbeda-beda di antara anggota bank sentral AS mengenai arah kebijakan moneter yang harus diambil.
baca juga : Index USD Anjlok ke Zona 104,50 Dari Level Tertinggi Mingguan |
Peringatan!
Analisa ini berdasarkan pandangan dari segi fundamental dan teknikal dari sumber terpercaya, tidak menjadi saran atau ajakan. Selalu ingat bahwa konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Selalu gunakan riset mandiri terlebih dahulu mengenai informasi forex lainnya untuk dijadikan acuan dalam perdagangan Anda.
Registrasi Disini Untuk Dapetin Profit Trading Secara Maksimal, Jadiin Peluang Cuan!